Halo, Saya Nur Raihani mahasiswi dari Universitas Gunadarma jurusan Psikologi kelas 1PA15. Disini saya akan menceritakan Cerita Telaga Warna berserta maknanya.
Indonesia, adalah
negara adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kebudayaan yang
sangat banyak , seperti lagu daerah, bahasa daerah, makanan khas daerah, baju
adat, cerita rakyat, dan lail-lain. Salah satu yang menarik dari kebudayaan
Indonesia adalah cerita rakyatnya. Cerita yang biasanya di ciptakan khas dari
daerah masing-masing itu, biasanya digunakan untuk dongeng sebelum tidur, yang
mempunyai makna di akhir ceritanya. Salah satunya adalah Dongeng Telaga Warna.
Dongeng yang berasal dari daerah Banten itu mengisahkan seorang Raja Prabu
Sunarwalaya, yang ingin sekali mempunyai seorang anak. Berikut kisah lengkap
dari Dongeng Telaga Warna :
Telaga Warna
Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang
tentram dan damai bernama Kerajaan Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin
oleh Raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya
di damping oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Namun, Raja dan Permaisuri
belum juga mempunyai seorang anak. Mereka sudah cukup lama menikah. Raja sering
sekali termenung sedangkan Permasuri hanya dapar mengeluarkan air mata. Berbagai
upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-ramuan yang dimakan, baik
oleh sang Raja atau pun Permaisuri. Banyak dukun yang sudah diundang dan
membacakan mantera-mantera. Namun, itu usaha tersebut hanya sia-sia.
Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan
Permaisuri untuk memungut anak yatim. Karena, di kerajaan banyak anak yatim
piatu, di antaranya adalah anak dari para prajurit dan perwira yang gugur di
medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri tidak mendengarkan apa yang dikatakan
oleh para penasehat. Karena mereka berpikir, anak pungut pasti sangat berbeda
dengan anak sendiri.
Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia
pergi bertapa kedalam hutan. Setelah Raja berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba,
antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah suara.
“Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk
bertapa?”“Hamba menginginkan seorang anak” jawab sang Raja.
“ Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?” Tanya suara itu.
“ Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri”. Jawab Raja lagi.
“Jadi, Kamu hanya menginginkan anak sendiri?” Tanya suara itu.
“ Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak pungut”. Jawab sang Raja.
“Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!”
Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa waktu setelah kejadian tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan merasa sangat senang dengan kabar tersebut. banyak warga kerajaan yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu sebagai bentuk rasa senang mereka. Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini. Untuk menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan mengirimkan berbagai macam hadiah yang sangat mahal.
Sang Putri pun menjadi seorang remaja, ia sangat
cantik. Namun, karena kehadirannya sangat di inginkan oleh ke dua orang tuanya
dan oleh rakyat. Akibatnya, sang Putri berperangai sangat buruk, semua
keinginannya harus dituruti. Jika di tentang, ia pasti akan marah besar. Ia pun
selalu memerntah para pelayan semena-mena. Tidak jarang ia selalu bertingkah
kasar dan menggunakan kata-kata yang tidak layak keluar dari seoran Putri.
Walaupun seperti itu, Raja, Permaisuri dan Rakyat
sangat mencintainya. Putri pun tumbuh semakin dewasa, ia semakin bertambah
cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas tahun, tidak ada Putri lain atau gadis
dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke
tujuh belas, rakyat memberikan hadiah kepadanya. Dari berbagai pelosok.
Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang yang sangat berharga. Seperti,
emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.
Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat
atas kecintaannya kepada Putrinya tersebut. ia hanya mengambil beberapa
perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia serahkan kepada tukang emas untuk
dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar dan lebih indah. dengan senang
hati, seorang empu pembuat perhiasan emas membuat perhiasan berbentuk kalung
yang sangat indah. kalung itu menggambarkan tanaman dengan daun-daun dari emas
dan perak, serta bunga-bunga dan buah-buahan dari permata yang berwarna-warni.
Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut
kepada sang Putri pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba
saatnya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan di halaman istana. Mereka mengalah
ke arah anjungan, tempat Raja dan keluarga istana. Tidak lama kemudian, Raja
dengan di damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam
istana. Raja melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh
mereka.
Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini
datan diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri sangat cantik bagaikan
Bidadari. Karena, kecantikannya banyak orang terpesona dan berhenti
bersorak-sorai.
“Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelum upacara selamatan untuk menyambut
usia tujuh belas tahun anakku, saya akan menyampaikan hadiah kalian untuk Putri
Gilang Rukmini. Biarlah ia tahu, betapa besar cinta kalian kepadanya”. Kata
sang Raja.Mendengar hal tersebut rakyat pun kembali bersorak-sorai. Setelah tenang kembali. Raja membuka sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan mengeluarkan kalung buatan sang empu.
“Anakku Gilang Rukmini, ini adalah sebuah hadiah dari warga kerajaan sebagai kegembiraan mereka karena saat ini kau sudah menginjak dewasa. Kalung ini adalah ungkapan kasih sayang mereka kepadamu. Pakailah Nak, supaya mereka melihat kau dapat menerimanya dengan gembira”. Ujar sang Raja.
Sang Putri pun menerima kalung tersebut. ia terdiam sejenak.
“Jelek sekali kalung ini! Aku tidak suka”. Katanya melemparkan kalung tersebut.
Kalung itu pun putus berceceran. Hadirin membisu menyaksikan peristiwa itu. Tidak ada satu orangpun yang bergerak dan berkata-kata. Di tengan keheningan tersebut, terdengar suara isak tangis sang permaisuri. Rakyat pun ikut menangis terutama para wanita. Pada saat yang sama, suatu keajaiban terjadi.
Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi
pun ikut menangis. Air itu pun keluar hingga menjadi mata air yang besar dan
dalam waktu sekejap telah membentuk sebuah danau. Danau itu semakin lama
semakin luas dan akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala
isinya. Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah
danau kecil ditengah-tengah hutan di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau
tersebut adalah Telaga Warna.
Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni
sangat indah. keindahan yang penuh warna tersebut sebenarnya bayangan hutan di
sekeliling telaga dan langit biru di atasnya. Banyak orang yang mengatakan
bahwa warna-warni itu datang dar permata bercerai-berainya kalung milik Putri
Gilang Rukmini.
Dari cerita tersebut, mengandung sebuah makna yaitu
“Jangan lah berbuat sombong kepada siapapun, meskipun kamu seorang raja, ratu,
putri raja, atau orang yang mempunyai kekayaan yang banyak kamu tetaplah manusia
biasa di mata Sang Pencipta. Harta, kekuasaan yang kamu miliki itu hanyalah
titipan dari Sang Maha Kuasa, jadi pergunakan lah dengan baik. Jika tidak
dipergunakan dengan baik, ketika Sang Maha Kuasa mengambilnya dari mu maka
habis lah sudah, seperti pada Dongen Telaga Warna. Maka dari itu jadilah
manusia yang rendah hati.
Sumber : https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-banten-dongeng-telaga-warna/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar