Yahoo Search Engine Bing Webmaster

Your SEO optimized title page contents

Senin, 30 Desember 2019

Kebudayaan Papua dan Hubungan Adat Kebiasaan Masyarakat Papua dengan Psilologi

Kebudayaan Papua



Halo, nama saya Nur Raihani mahasiswi
Universitas Gunadarma dengan NPM 14519887
Jurusan Psikologi.
 Pada tanggal 22 okteober 2019 kemarin, sayang berkunjung ke salah satu museum budaya yang ada di Indonesia, yaitu Museum Nasional. Museum nasional, yang terletak di daerah Jakarta Pusat, Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir. Museum ini terdapat buadaya Indonesia yang banyak sekali, dari sabang hingga merauke. Banyak benda-benda dari berbagai suku dari Indonesia yang di pajang disana, sehingga membuat saya tertarik kesana untuk observasi tugas ilmu budaya dasar.  Salah satu kebudayaan yang membuat saya tertarik salah satunya adalah Papua.
Papua adalah provinsi yang berada paling timur dalam wilayah Indonesia. Dengan wilayah seluas 309.934,4 km2, provinsi ini menjadi provinsi terluas di Indonesia. Saking luasnya, masyarakat Papua yang hidup dari latar belakang suku berbeda, hidup terpencar-pencar. Suku asli masyarakat Papua sendiri berjumlah ratusan dengan beberapa suku mayoritas di antaranya suku Dani, Damal, Amungme, Arfak, Asmat, Yali, dan lain sebagainya. Masing-masing suku ini memiliki adat dan istiadat yang berbeda-beda. Kendati begitu, di antara adat istiadat tersebut terdapat beberapa kesamaan. Inilah  foto-foto kebudayaan papua yang saya foto dari Museum Nasional :
1. Rumah Adat


Rumah  adat Papua tersebut bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai). Ketiga jenis rumah Honai ini dari strukturnya terlihat sama persis, hanya saja untuk rumah yang dikhususkan bagi pria ukurannya biasanya lebih tinggi.
Honai hanya dihuni oleh laki-laki saja. Selain itu, juga untuk menyimpan benda pusaka dan tengkorak nenek moyang. Rumah honai bagi mereka juga dianggap sebagai tempat pengajaran kehidupan. Rumah honai untuk pria digunakan sebagai tempat untuk mendidik para pemuda tentang cara bertahan hidup dan menjadi pria sejati yang bertanggung jawab atas kehidupan kelompoknya, sementara rumah Ebei untuk wanita digunakan sebagai tempat pengajaran bagi para gadis dan anak perempuan tentang cara mengurus rumah tangga dan bagaimana menjadi wanita seutuhnya setelah mereka kelak menikah dan memiliki anak.

2. Baju Daerah



Pakaian adat Papua dan aksesorisnya secara keseluruhan terbuat dari 100% bahan alami dengan cara pembuatan yang sangat sederhana. Berikut ini penjelasan dari pakaian-pakaian tersebut
a) Koteka
Koteka adalah sebuah penutup kemaluan sekaligus pakaian adat laki-laki Papua. Pakaian ini berbentuk selongsong yang mengerucut ke bagian depannya. Koteka dibuat dari bahan buah labu air tua yang dikeringkan dan bagian dalamnya (biji dan daging buah) dibuang. Labu air yang tua dipilih karena cenderung lebih keras dan lebih awet dibanding labu air muda, sementara pengeringan dilakukan agar koteka tidak cepat membusuk. Beberapa suku menyebut koteka dengan nama hilon, harim, atau bobbe. Koteka digunakan sebagai pakaian sehari-hari maupun sebagai pakaian saat melakukan upacara adat dengan cara diikat ke pinggang menggunakan seutas tali sehingga ujung koteka mengacung ke atas. Khusus untuk yang dikenakan saat acara adat, koteka yang digunakan biasanya berukuran panjang serta dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik. Sementara untuk yang dikenakan saat bekerja dan aktivitas sehari-hari koteka yang digunakan biasanya lebih pendek.

b) Rok Rumbai
Rok rumbai adalah pakaian adat Papua berupa rok yang terbuat dari susunan daun sagu kering yang digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah. Dalam beberapa kesempatan, selain dikenakan wanita, rok rumbai juga bisa dikenakan para pria. Rok rumbai umumnya akan dilengkapi dengan hiasan kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari, atau anyaman daun sagu.

3. Alat-alat Rumah tangga
1. Pisau


sau ini terbuat dari bahan dasar tulang. Ada yang terbuat dari tulang berukuran besar, ada pula yang terbuat dari tulang paha manusia. Penggunaan bahan dasar dari tulang ini ternyata sudah tradisinya lho.

2. Sendok pengaduk




Sendok  ini berbentuk pipih yang pangkal pegangannya bulat panjang. Sendok ini biasa untuk mengaduk sagu.

4. Kebiasaan Sehari-hari
Beberapa suku adat yang tinggal di Pulau Papua terbiasa hidup di alam liar pedalaman hutan tropis. Suku-suku ini dikenal luas karena memiliki tradisi dan adat kebiasaan yang unik, beberapa diantaranya sebagai berikut.

1. Tangguh Berjalan Kaki
Karena hidup jauh di pedalaman hutan, beberapa masyarakat dari suku-suku di Papua berada sangat jauh dari pusat keramaian di wilayah perkotaan. Sehingga untuk menjual hasil ladang mereka harus berjalan kaki dari tempat tinggal menuju wilayah perkotaan yang membutuhkan waktu berhari-hari, dikarenakan minimnya transfortasi disana. Kebiasaan ini telah dilakukan sejak dahulu, oleh karena itu tak heran jika fisik masyarakat adat Papua cukup tangguh untuk berjalan kaki hingga berhari-hari lamanya.

2. Selalu Membawa Senjata Tajam
Masyarakat disana selalu siap sedia dengan berbagai senjata seperti parang, sajam, hingga panah setiap kali keluar rumah. Kebiasaan ini dilakukan sebagai upaya untuk melindungi diri jika sewaktu-waktu ada dalam bahaya, mengingat mereka masih hidup di alam liar yang dihuni oleh berbagai binatang buas.

3. Ahli dalam Menjinakkan Hewan
Karena hidup di alam liar, beberapa suku pedalaman di Papua dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan alam yang penuh dengan bahaya. Salah satu bentuk adaptasi tersebut adalah kemampuan untuk menjinakkan berbagai hewan liar seperti anjing dan babi hutan. Anjing biasanya dijinakkan dengan mengikat satu bagian kaki depannya, sedangkan babi dijinakkan dengan menusuk satu matanya.

4. Tradisi Menikah
Setiap suku di Papua memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam kaitannya dengan pernikahan. Namun pada umumnya menggunakan mas kawin berupa barang berharga dengan harga yang luar biasa fantastis. Biasanya mas kawin tersebut berupa senjata api peninggalan kolonialisme Belanda dan Jepang, hewan ternak seperti babi, kain tenuh berpuluh-puluh lembar, hingga manik-manik.

5. Barapen
Tradisi ini adalah salah satu tradisi tertua di Papua yang biasa dilakukan sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, tetapi di beberapa daerah tertentu, tradisi ini juga dilakukan dalam upacara kematian. Tradisi ini umumnya dikenal dengan sebutan barapen. Pada dasarnya barapen adalah tradisi masyarakat Papua yang memasak beberapa jenis makanan seperti ubi, singkong, daging hewan dan sayur-sayuran diatas batu-batu yang sudah dipanaskan. Tapi, cara memasaknya tidak bisa sembarangan. Barapen akan dimulai dengan menyiapkan lubang untuk tempat menyusun kayu bakar dan batu, beserta bahan makanan yang akan dimasak. Setelah itu, batu-batu yang sudah dikumpulkan akan disusun berdasarkan ukuran di atas susunan daun-daun pisang. Batu yang besar akan diletakkan di bagian paling bawah. Di atasnya akan disusun kayu bakar, lalu kayu bakar tersebut akan ditutup dengan batu-batu yang ukurannya lebih kecil. Selanjutnya adalah proses pembakaran untuk memanaskan batu. Setelah itu barulah bahan makanan disusun sedemikian rupa di atas batu dan disantap bersama setelah matang.

6. Tradisi Potong Jari
Tradisi unik ini hanya bisa kamu temukan di suku Dani yang tinggal di wilayah Lembah Baliem, Papua. Tradisi ini dilakukan oleh suku Dani sebagai tanda duka yang sangat dalam karena kehilangan salah satu anggota keluarga mereka yang meninggal dunia. Selain itu, tradisi ini juga harus dilakukan mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan kematian dalam keluarga tersebut.Tradisi ini dilakukan setelah prosesi pemakaman dengan langsung memotong salah satu jari anggota keluarga yang berduka dengan pisau, kapak atau parang.Cara lain yang juga biasa dilakukan adalah dengan menggigit ruas jari hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali supaya aliran darah terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dipotong. Tetapi, tradisi ini sudah di hentikan karena dibilang terlalu ekstrem.

5. Hubungan Kebiasaan dan Adat di Papua dengan Psikologi
Karena masyarakat papua terkenal dengan fisik yang tangguh, maka psikologis mereka juga tangguh. Mereka jauh dengan peradaban kota, itu membuat mereka melakukan kebiasaan dengan kekuatan mereka sendiri tanpa memakai alat-alat modern. Bahkan lingkungan mereka yang dekat hutan rimba itu pun, membuat mereka harus berjaga-jaga dari serangan hewan buas yang ada di dalam hutan tersebut yang membuat psikologis mereka secara otomatis harus kuat, dan tidak boleh manja. Karena di daerah sana pula belum terlalu banyak teknologi seperti gadget, maka kekeluargaan mereka sangat erat sekali, mereka saling tolong menolong disaat ada yang kesusahan yang membuat jiwa social mereka tinggi. Bahkan di satu video, saya pernah melihat dimana mereka tidak dendam, ketika banyak orang-orang kota mengejek masyarakat papua, mereka bahkan berkata kalau masyrakat papua disana tidak memandang warna kulit kita apa, agama, ras, selagi mereka masih warga Negara Indonesia pasti mereka bantu jika ada yang kesusahan.



Daftar Pustaka

https://borneochannel.com/pakaian-adat-papua/
https://kumparan.com/99co/mengenal-rumah-adat-papua-beserta-penjelasannya-lebih-dalam-1qqK5BqvKq6
https://www.pegipegi.com/travel/4-tradisi-unik-di-papua-yang-jarang-kamu-ketahui/
https://phinemo.com/5-kebiasaan-orang-papua-masyarakat-adat-dari-ujung-timur/